LAPORAN AKHIR PRATIKUM BIOLOGI
PERIKANAN “PERTUMBUHAN,REPRODUKSI,MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)”

DISUSUN OLEH :
NAMA :
Geni Febriani
NPM : E1I016039
KELOMPOK : 2 ( Dua)
DOSEN PENGAMPU :1. Dewi Purnama,S.Pi.,M.Si.
2. Maya Anggraini Fajar Utami S.Pi.,
M.Si.
COASS :1. Destia
Kualasari
2. Herdayanti
3. Vidya Octaverina
4. Widia Wahyuni
PROGRAM STUDI
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi perikanan merupakan mata
kuliah lanjutan dari Ikhtiologi yang sebelumnya lebih menjelaskan tentang
ciri-ciri ikan, sistem organ, peredaran darah dll. Sedangkan matakuliah Biologi
perikanan lebih mempelajari teknik-teknik yang digunakan untuk penelitian
mahasiswa. Salah satunya berkaitan dengan hubungan panjang dan berat.
Panjang tubuh sangat berhubungan dengan panjang dan berat seperi hukum kubik
yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan
berbeda-beda.
Pertumbuhan merupakan proses alamiah
yang terjadi pada setiap makhluk hidup.
pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan bentuk baik
ukuran panjang maupun berat pada suatu organisme. Pada umumnya, ikan
mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang
menyebabkan pertumbuhanmerupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam dunia
perikanan dikarenakan pertumbuhan itu merupakan proses biologis, banyak faktor
yang mempengaruhinya. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti
suhu air, kandungan oksigen terlarut dan ammonia, salinitas dan fotoperiod.
Faktor lingkungan yang sangat penting
dalam mempengaruhi laju pertumbuhan. faktor-faktor lainnya seperti jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat
kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ikan.pertumbuhan menjadi indicator bagi
kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan.Pertumbuhan ikan adalah
perubahan panjang atau berat pada suatu individu atau populasi yang merupakan
suatu respon terhadap perubahan makanan yang tersedia. Pertumbuhan secara umum
adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume dan ukuran) per sartuan waktu
baik individu maupun komunitas.
Biologi Perikanan adalah studi mengenai
ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian
istilah Biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi, reproduksi,
pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Usaha
mengembangkan dan memajukan perikanan, pengetahuan mengenai habitat, penyebaran
dan aspek biologi dari ikan menjadi dasar utama dalam usaha ini, dimana
kematangan gonad sangat berhubungan dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan
fekunditas yang juga memegang peranan penting dalam penentuan kelangsungan
populasi dan dinamika kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam
menentukan nilai faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan.
Ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki
toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah, ikan nila merupakan jenis
ikan air tawar yang sangat mudah ditemui.
Mahluk hidup melakukan reproduksi untuk
mempertahankan kelangsungan spesiesnya, begitu pula ikan. Sistem reproduksi
mahluk hidup terbagi menjadi beberapa bagian, ikan khususnya ikan nila memiliki
sistem reproduksi biseksual yang artinya pembuahan terjadi dengan bertemunya
sel sperma dan sel ovum dari individu yang berbeda.
Reproduksi merupakan salah satu proses
yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk bergenerasi, memilih keturunan dan
mempertahankan kelangsungan sepesies di alam.
Pengetahuan tentang ciri reproduksi yaitu
mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan gonad untuk
mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan
reproduksi.
Ikan nila dianggap dewasa (matang gonad)
setelah berusia di atas enam bulan,perkembangan gonad merupakan bagian dari
reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Banyaknya jumlah telur yang dikeluarkan
pada saat reproduksi dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan faktor
lingkungan.
Gonad adalah organ reproduksi yang
berfungsi menghasilkan sel kelamin(gamet). Gonad ikan betina di namakan ovari
dan gonad ikan jantan di namakan testis. Ovari dan testis ikan biasanya
terdapat pada individu yang terpisah, kecuai pada beberapa ikan yang di temukan
ganad jantan dan betina di temukan dalam satu individu(ovotestes).
Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan
kuantitas makanan yang dimakanoleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali
datang dari luar untuk semua ikan dalammengawali hidupnya ialah plankton yang
bersel tunggal yang berukuran kecil. Makanan alami ikan terdiri atas berbagai
jenis tumbuhan dan hewan yang hidupdiperairan. Keberadaan suatu jenis ikan
memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaanmakanan dengan mengetahui
kebiasaan makan ikan, kita dapat melihat hubungan ekologidiantara organisme
pada perairan tersebut ,misalnya bentuk pemangsaan ,persaingan,dan
rantaimakanan.
Setiap
organisme hidup membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
Makanan bagi ikan dapat diperoleh dari alam (pakan alami) dan manusia (pakan
buatan). Makanan penting untuk pertumbuhan ikan karena makanan berfungsi dalam
pertumbuhan sel organisme. Makanan adalah organisme, bahan maupun zat yang
dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan dan perkembangan organ tubuhnya.
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan
persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemangsa
dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dasar yang keruh. Ikan yang
mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya.
Besarnya
populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang
tersedia. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi
tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudah tersedia
makanan, lama masa pengambilan dan cara makan itu secara alami bergantung kepada
lingkungan tempat ikan itu hidup.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Laporan Pertumbuhan
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisa
beberapa parameter seperti panjang ,berat,faktor kondisi dan cohort.
2.
Agar mahasiswa dapat menduga secara
kualitatif tingkat pertumbuhan yang dialami oleh ikan, serta pola
pertumbuhannya sehingga dapat diduga perkembangan dari populasi ikan tersebut.
1.2.2
Tujuan
Laporan Reproduksi Ikan Nila
1. Agar mahasiswa dapat memahami tentang
bagaimana membedakan tingkat kematangan gonad suatu jenis individu ikan.
2. Agar
mahasiswa dapat memprediksi waktu pemijahan dan tahap perkembangan untuk
recruitment.
1.2.3
Tujuan
Laporan Makanan Dan Kebiasaan Makan Ikan
1.
Agar mahasiswa dapat mengetahui
jenis-jenis organisme yang menjadi makanan ikan,mengetahui waktu-waktu aktif
makan ikan,dan melihat proporsi serta kecenderungan makanan dari ikan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan
volume dan jumlah sel yang mengakibatkan bertambah besarnya organisme.
Pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis, dan bersifat
irreversiabel artinya organisme yang tumbuh tidak akan kembali ke bentuk
semula. Pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis
(Syamsuri, 2003).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran,
baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetic, hormone, dan
lingkungan (zat hara). Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik
dalam arti saling menunjang maupun saling menghalangi untuk mengendalikan
perkembangan ikan (Fujaya,1999).
Pertumbuhan merupakan proses biologi
yang komplek, dapat terjadi apabila ada kelebihan energi dan materi yang
berasal dari pakan yang dikonsumsi. Pertumbuhan terjadi pada beberapa timgakat
materi biologi seperti sel, jaringan, organ, organisme, populasi dan komunitas.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan pada ukuran atau jumlah
materi tubuh, baik temporal atau jangka panjang. Kuantifikasi untuk pertumbuhan
dapat berupa panjang, bobot (basah dan kering) atau kandungan nutrien tubuh
seperti protein, lemak, karbohidrat , dan kandungan energi (Karim ,2002).
Laju pertumbuhan individu ikan sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan, kondisi
fisiologis tubuh serta faktor lingkunga seperti suhu dan oksigen terlarut.
Sehingga awal mula ukuran tubuh dari setiap spesies ikan untuk mulai bertumbuh
secara cepat akan saling berbeda dan laju pertumbuhan mulai menurun juga
terjadi pada ukuran tubuh yang berbeda. Keadaan demikian yang perlu
diperhatikan sekali oleh orang-orang yang bergerak dibidang pembesaran ikan
(Manda,2011).
Pertumbuhan
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitats pakan, umur dan kualitas air
pemeliharan (Putra,2011).
Pakan
merupakan faktor penting dalam proses budidaya perairan.Pakan menjadi unsur
terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Ardita,2015).
Pertumbuhan
ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pakan, wadah budidaya, suhu,
salinitas, musin dan aktivitas fisik (Mujiono,2015).
Faktor luar yang utama adalah makanan
dan suhu perairan makanan dengan kendungan nutrisi yang baik akan menunjang
pertumbuhan dari ikan tersebut sedangkan suhu akan mempengarihi prooses kimiawi
tubuh (Effendie, 2002).
Dalam istilah sederhana pertumbuhan
dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat dalam satu waktu.
Sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi
kalau kita lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses
biologis yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuuhan
dalam individu ialah pertumbuhan jaringan akibat dari pembelahan sel secara
litotes (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar
yang sangat potensial dikembangkan di
Indonesia. Ikan ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat, mudah bereproduksi,
berdaging tebal, dan mudah dibudidayakan (Dian,2012).
Untuk membedakan antara jantan dan
betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh
ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan
menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip
memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang
kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk
keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang saluran telur dan
berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni (Hasni, 2006).
Pematangan gonad dilakukan dengan kedua
cara ,cara pertama dengan pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di
laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. cara kedua dari penelitian
secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan
mendetail, sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara
histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah
bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan gonad ikan betina
lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter
telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang
terdapat di dalam testes.Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan
dapat dilakukan secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara
morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan
pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat
memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup
besar ( Pulungan,2004).
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada gonad, tingkat perkembangn ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan
dengan suatu Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen
sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100
persen. (Wahyuningsih dan Barus 2006).
TKG adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah. Proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan,
sebagai hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah
besar dengan semakin bertambah besar ukurannya. Ukuran panjang ikan saat
pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor
lingkungan yang mempengaruhinya terutama ketersediaan makanan, oleh karena itu
ukuran ikan saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama
(Effendie ,2002).
Tingkat kematangan gonad ialah tahap
tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tingkat
kematangan gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.
Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu
indeks kematangan gonad atau disebut juda indeks gonad somatik (Elvyra, 2004).
Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki
daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang
potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan
dengan kisaran salinitas yang luas(Mulyani,2014).
Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies ikan budidaya air tawar yang
dikenal luas di masyarakat, dan telah menjadi andalan komoditas perikanan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional dan peningkatan ekspor komoditas perikanan.
Ikan nila yang dipasarkan dalam keadaan hidup memiliki harga yang lebih tinggi.
Kendala yang sering dihadapi pada proses transportasi sistem basah, adalah
jumlah kapasitas angkut yang sedikit serta belum dilakukannya peningkatan daya
tahan ikan selama proses transportasi. Peningkatan kapasitas angkut telah
dilakukan dengan mengurangi jumlah air yang digunakan dan atau meningkatkan
jumlah ikan yang diangkut (Suwandi, dkk., 2012).
Secara
umum kebiasaan makan dan cara mnakan ikan terdiri atas aspek tempat makan atau
lokasi makan, waktu makan ikan, cara makan ikan, dan jenis makanan kegemaran
ikan. Kedua kebiasaan itu tidak sama antar jenis ikan yang satu dan jenis
ikan yang lainnya (Efendi, 1997).
Analisa
pola kebiasaan makan ikan dipakai dalam menentukan gizi alamiah ikan itu.
Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka dapat dilihat hubungan ekologi
diantara organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk pemangsa, predasi
dan kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan,
kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan satu spesies ikan
biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan tersebut berada
(Effendie, 1979).
Jenis
organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan nila hampir seragam untuk setiap
kelas ukuran. Factor - faktor yang menentukan suatu jenis ikan
akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan
makanan, warna, rasa, tekstur makanan, dan selera ikan terhadap
makanan. Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat, dan waktu (Satia, 2015).
Ikan
nila tergolong ikan herbivora cenderung karnivor yang dapat diketahui dari
hasil analisis makanan dalam lambung yang terdiri dari fitoplankton,
zooplankton dan serasah. Fitoplankton didominasi oleh kelompok Cholorophyceace,
Myxophyceace, dan Desmid. Sedangkan zooplankton didominasi oleh Rotifera,
Crustacea dan Protozoa (Satia,2015).
Ikan
Nila (Oreochromis niloticus), termasuk kedalam golongan ikan pemakan
segala atau (omnivora), sehingga ikan ini dapat mengkonsumsi makanan
berupa hewan atau tumbuhan. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa ikan Nila (Oreochromis niloticus), yang masih berukuran
menyukai makanan alami berupa zooplankton
misalnya Rotifera sp, Moina sp,
dan Daphnia sp, juga fitoplankton. Selain
itu, ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus)
juga suka memangsa alga atau lumut
yang menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik
serangga, kelekap, hydrilla, sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun - daun
lunak yang jatuh ke dalam air.Jika telah mencapai
ukuran dewasa, ikan Nila Gift (Oreochromis
niloticus), bisa diberi makanan tambahan berupa pellet (Agusanto, 2012).
Suhu
dapat mempengaruhi aktifitas kehidupan organisme seperti nafsu makan ikan. Jika
suhu meningkat maka akan meningkatkan pengambilan makanan oleh ikan dan
turunnya suhu menyebabkan proses pencernaan dan metabolisme akan berjalan
lambat.Oksigen terlarut sangat diperlukan untuk respirasi dan metabolisme serta
kelangsungan hidup organisme.Oksigen terlarut selama pemeliharaan juga masih
dalam kisaran optimal. Nilai pH selama penelitian juga masih dalam kisaran
optimal, nilai pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu
rendah (sangat asam) dan pH yang terlalu tinggi (sangat basa), sebagian besar
ikan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan yang mempunyai pH
berkisar antara 5-9 (Menurut Effendi, 2003 dalam Jurnal Sri,2014).
Waktu
aktif makan ikan nila yaitu dominan pada siang hari yang memakan fitoplankton
yang banyak tersedia pada sang hari, karena pada siang hari fitoplankton
melakukan fotosintesis dengan adanya matahari. Sedangkan pada malam hari ikan
nila memakan zooplankton seperti cacing atau larva serangga air. (Effendi,1997).
Pertumbuhan
ikan di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain
ukuran makanan yang dimakan, ukuran ikan di perairan, jenis makanan yang
dimakan, serta makanan kualitas lingkungan dan kondisi ikan. Dengan demikian,
habitat maupun makanan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup
organisme perairan karena habitat dan makanan saling berhubungan satu sama lain
dimana setiap habitat memiliki kelimpahan makanan yang berbeda-beda tergantung
dari faktor-faktor kimia dan fisika pada habitat di perairan tersebut.Kebiasaan
makan ikan dapat dipengaruhi oleh hubungan antar individu seperti persaingan,
bentuk pemangsaan dan rantai makanan yang tercermin dalam luas relung dan
tumpang tindih relung makanannya (Menurut Effendi dalam Jurnal Sentosa,2015).
pertumbuhan
ikan di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain
ukuran makanan yang dimakan, ukuran ikan di perairan, jenis makanan yang
dimakan, serta 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
,kualitas lingkungan dan kondisi ikan. Dengan demikian, habitat maupun makanan
merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan karena
habitat dan makanan saling berhubungan satu sama lain dimana setiap habitat
memiliki kelimpahan makanan yang berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor kimia
dan fisika pada habitat di perairan (Gani,2015).
BAB
III
METODE
PRATIKUM
3.1.
Waktu Dan Tempat
3.1.1
Waktu Dan Tempat Laporan Pertumbuhan
Pratikum ini dilakukan pada hari
Rabu, 27 September 2017 pada pukul 16.00-17.40 WIB, di Laboratorium Ilmu
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.1.2
Waktu Dan Tempat Laporan Reproduksi
Pratikum ini dilakukan pada hari
Rabu, 11 Oktober 2017 pada pukul 16.00-17.40 WIB, di Laboratorium Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.1.3
Waku Dan Tempat Laporan Makanan Dan Kebiasaan Makan
Pratikum
ini di lakukan pada hari Rabu,25 Oktober 2017 pada pukul 16.00-17.40 WIB di
Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.2 Alat Dan
Bahan
3.2.1
Alat Bahan Pertumbuhan
Alat yang digunakan
untuk melakukan pratikum pertumbuhan dilaboratorium adalah alat bedah, penggaris,timbangan
digital,papan skala,botol film,kertas label,benang,tisu,lap,plastik,meteran,kantong
plastik hitam.
Bahan yang digunakan
oleh setiap pratikan untuk pratikum ini adalah dua ekor ikan nila( jantan dan betina) dan formalin
secukupnya.
3.2.2
Alat Dan Bahan Reproduksi
Alat
yang digunakan dalam pratikum kali ini antara lain adalah alat-alat
bedah,tissue,kantung plastik, neraca ohaus, botol sampel, cawan petri, gelas
preparat ,kertas lap, kertas label.
Bahan
yang digunakan adalah organ ikan nila (Oreochromis
niloticus) yaitu ,gonad ikan yang telah diawetkan pada percobaan
pertumbuhan.
3.2.3
Alat Dan Bahan Makanan Dan Kebiasaan Makan Ikan
Alat
yang digunakan dalam pratikum makanan dan kebiasaan maka adalah mikroskop,gelas
obyek,cawan petri,tisu,dan buku identifikasi.
Bahan
yang digunakan adalah usus ikan nila yang telah diawetkan dengan menggunakan
formalin.
3.3.
Langkah Kerja
3.3.1
Langkah Kerja Pertumbuhan
1.
Ikan
dan diletakkan diatas baki atau plastik meteran yang digunakkan sebagai alas
meja pratikum untuk diamati.
2.
Apabila
ikan masih hidup maka dilumpuhkan dahulu dengan menusukkan jarum dibagian
otaknya tepatnya pada bagian medulla oblongata. Kemudian ikan dikeringkan
dengan tisu agar saat membedah ikan mudah dipegang dan tidak licin.
3.
Ikan
diberi label agar tidak tertukar dan mudah dibedakan.
4.
Sebelum
dibedah , terlebih dahulu ikan diukur panjang total dan panjang bakunya dengan
papan skala. Kemudian beratnya diukur menggunakan timbangan digital.
5.
Ikan
dibedah dengan hati-hati agae organ didalamnya tidak rusak.
6.
Mengamati
jenis kelamin berdasarkan gonad dan catat tingkat kematangan gonadnya.
7.
Mengambil
gonad ikan kemudian masukkan kedalam botol film dan tambahkan formalin
secukupnya.
8.
Memisahkan
usus dari rongga perut dan organ-organ lainnya kemudian diburai.
9.
Mengikat
setiap ujung dari usus kemudian ukur panjangnya. Apabila usus putus sambung
dengan diikat dengan benang.
10. Mencatat panjang usus kemudian masukkan
ke dalam botol film dan tambahkan formalin secukupnya.
3.3.2
Langkah Kerja Reproduksi
1. Mengeluarkan
gonad ikan yang telah diawetkan dalam percobaan pertumbuhan dari dalam botol
film kemudian ditimbang secara keseluruhan.
2. Mengukur
pada gonad ikan jantan bobot gonad totalnya dengan neraca ohaus, dan jenis TKG
ditentukan dengan klasifikasi Casie.
3. Pada
gonad ikan betina selain menentukan bobot total gonad dan jenis TKG ,jumlah
telur juga dihitung.
4. Setelah
berat gonad berisi telur ditimbang keseluruhannya, gonad berisi telur tersebut
dipotong menjadi enam bagian kecil dan ditimbang. Contoh telur tersebut yang
saling melekat satu sama lain dipisahkan dalam cawan petri dengan bantuan air
sebanyak 10 ml.
5. Kemudian
telur pada cawan petri diambil dengan pipet dan diteteskan pada gelas preparat
sebanyak 20 tetes yang diletakkan setiap tetesnya searah jarum jam dan dihitung
jumlah telur yang ada.
3.3.3
Langkah Kerja Makanan Dan Kebiasaan Makan Ikan
1. Pertama-tama
usus dibersihkan dan dikeringkan dari formalin ,kemudian usus dikerik dan
diambil isinya satu persatu.
2. Mengencerkan
isi usus yang telah dikerik dengan air sebanyak 10 ml, lalu ambil satu tetes
dari usus yang sudah diencerkan dan amati dibawah mikroskop. 3. Mengamati
jenis-jenis makanan yang ada di dalam isi usus dengan 5 lapang pandang.
3. Mencatat
organisme yang ada dari setiap lapang pandang dan mengidentifikasi dengan
menggunakkan buku identifikasi.
3.4
Analisa Data
3.4.1
Analisa Data Pertumbuhan
Membuat distribusi frekuensi :
1.
Mencari
R(range) yaitu dengan menghitung selisih antara data terbesar dikurang data
terkecil (A-a)
2.
Menentukan
k (banyka kelas) dengan rumus k = 1+ 3,3 log n
3. Mencari I (selang kelas) dengan
rumus :
I = R/K
keterangan :
k : panjang kelas
n : banyak data
I : interval kelas
R : sebaran/range
A : nilai tertinggi
a : Nilai terendah
Rumus yang digunakan untuk mencari data
pada tabel :
BB
= angka data pada table nomor 1
BA
= (BB+(I-0,1)
SB
= (BB+(BB-0,1)/2
SA
= BA+(BA+1))/2
Fi
= Banyak individu dalam panjang kelas BA
Xi
= (SB+SA)
Fr
= (Fi/n x 100)
keterangan :
BB = batas bawah
BA = batas atas
SB = selang bawah
SA = selang atas
Fi = banyak individu dalam satu panjang
kelas
Xi = Nilai tengah
3.4.2
Analisa Data Reproduksi
A. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Peningkatan nilai IKG akan seiring dengan meningkatnya tingkatnya
kematangan gonad ikan:

Keterangan : BG = Berat Gonaz
(gram)
BT = Berat Total (gram)
B. Rasio Kelamin
Pendugaan
rasio penting untuuk melihat perbandingan (rasio)dari masing masing jenis
kelamin ikan yang ada diperairan. Pendugaan rasio ini dibutuhkan sebagai bahan
pertimbangan dalam produksi, rekrutmen dan konvevsasi sumber daya ikan
tersebut.

Keterangan :
Pj=proporsi
jenis(jantan /betina)
A=jumlah jenis
ikan tertentu
B=jumlah total
individu ikan yang ada
Standar deviasi dari rasio kelamin tersebut adalah:
Sd = √pq
n
Keterangan :
N= jumlah ikan
yang dimati
Selanjutnya, dibuat sebaran kelamin ikan untuk melihat sebaran kelamin
ikan pada selang kepercayaan 95% adalah:

Keterangan :
p= peluang terima
q=peluang sisa (1-p)
n=jumlah ikan
C. Indeks Gonad
Untuk
mengetahui kelompok ikan yang memijah dari proporsi ikan diperairan, maka dapat
dianalisis dari indeks gonad

Keterangan:
IG
: Indeks gonad


IG
0,50 : Ikan cenderung dalam keadaan berpijah

IG 0-3-0,5 : Ikan mengalami
proses pematangan gonad
IG
0,30 : Gonad ikan rat-rata belum berkembang

D.
Fekunditas
Untuk
mengetahui fekunditas metode yang digunakan adalah metode volumetrik yaitu :
X : x = V : v
Keterangan:
X = jumlah telur
yang akan dicari
x = jumlah telur
contoh
V = volume berta
seluruh gonad
v = volume berat
contoh
Setelah jumlah telur yang dicari
telah didapat, lalu untuk menghitung fekunditas
gabungan menggunakan rumus :
F = 

Keterangan:
F :Fekunditas
yang dicari
G :Berat gonad
total
V :Volume
pengenceran
X :Jumlah telur
yang ada dalam 1cc
Q :Berattelurcontoh
E. Diameter Telur
Diameter telur dikonversi telebih dahulu dengan mengalikan 0.025.
Kemudian dibuat selang kelas dengan menentukan nilai maksimum dan minimum
terlebih dahulu (TKG III dan TKG IV). Setelah itu tentukan kisarannya (nilai
maksimum-nilai minimum). Diameter telur = diameter x 0.04.
3.4.3
Analisa Data Makanan Dan Kebiasaan Makan Ikan
1. Metode Frekuensi Kejadian
Metode ini dilakukan dengan cara:
1.
Mencatat
jumlah ikan yang memiliki usus kosong
2.
Catat
keberadaan organisme pada masing-masing yang ususnya berisi.
Metode ini tidak bisa memperlihatkan kuantitas
makanan yang tidak bisa dicerna sehingga metode ini hanya dipakai untuk melihat
makanan secara fisik saja.
Contoh:
rumus yang digunakan adalah:

Keterangan :
FK = Frekuensi
kejadian
A = Jumlah ikan yang ususnya berisi organisme
∑B = Jumlah
ikan yan ususnya berisi
Untuk
kelimpahan jenis makanan dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :
N = jumlah
total dugaan individu jenis ke 1
N = jumlah
individu jenis ke 1 yang ditemukan pada contoh
Vn = volume pengenceran
Vi = volume tetes yang diamati ( 1 tetes = 0.05
ml )
2.
Penentuan Indeks Prepoderance
Evaluasi ragam jenis makanan ikan dengan
indeks ini menggunakan dua gabungan metode yaitu metode frekuensi kejadian
dengan metode volumetrik. Dengan perumusan yang dikemukakan oleh Nataraji dan
Shingran dalam Effendi (1979).

Keterangan :
Ii = Indeks
Prepoderance
Vi = Prosentase volume
makanan jenis ke-i
Oi = Presentasi
frekuensi kejadian makanan ke-i
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Ikan Nila( Oreochromis
niloticus)
Ikan nila (Oreochromis
niloticus) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi
dari Afrika pada tahun 1969an. Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan
terhadap perubahan lingkungan, memiliki sifat omnivora (memakan fitoplankton,
perifiton, tanaman air, avertebrata kecil, fauna bentik, detritus dan bakteri
yang berasosiasi dengan detritus) dan mampu mencerna makanan secara efisien
serta pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Ikan nila merupakan
ikan jenis tropis yang menyukai perairan dangkal. Ikan ini hidup di lingkungan
air tawar, air payau dan air laut. Kadar garam air yang disukai antara 0-35
ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan
tawar, payau, tambak dan perairan laut.
Ikan nila memiliki ciri
morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut
subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat
dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian
tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila
berukuran besar, kasar dan tersusun
rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya
memiliki garis linea lateralis yang
terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang
mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip
ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta
mempunyai mata yang besar.
Perbedaan antara ikan
jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri
kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang
genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran
kencing dan sperma. Tubuh ikan
jantan juga berwarna lebih gelap,sedangkan yang betina biasanya pada bagian
perutnya besar.
4.1.1
Klasifikasi Ikan Nila

Klasifikasi lengkap Ikan Nila adalah sebagi berikut :
Fillum
: chordate
Sub Fillum
: vertebrata
Kelas
: detoichtyas
Sub Kelas : achanthoptarigi
Ordo
: parcomorphi
Sub Ordo : parchokka
Family
: cichlidan
Genus
: oreochromis
Spesies
: niloticus sp
4.1.2 Anatomi Ikan Nila
Adapun
anatomi dari ikan nila adalah sebagai berikut:
1.
Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain
sisik, kelenjar racun, kelenjar lender dan sumber-sumber pewarnaan
2.
Sistem otot (Urat Daging) : penggerak tubuh,
sirip-sirip, insang, organ listrik
3.
Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot,
pelindung organ-organ dalam dan penegak tubuh
4.
Sistem pernafasan (respirasi) : organnya terutama
insang, ada organ-organ tambahan
5.
Sistem peredaran darah (sirkulasi): organnya jantung
dan sel-sel darah, mengedarkan O2, nutrisi dan sebagainya
6.
Sistem pencernaan 1 organnya saluran pencernaan dari
mulut sampai anus
7.
Sistem Hormon : kelenjar-kelenjar hormone untuk
pertumbuhan reproduksinya dan sebaginya
8.
Sistem Saraf : organ otak dan saraf-saraf
tepi
9.
Sistem Ekskresi dan osmoregulasi :
Organnya terutama ginjal
10. Sistem
reproduksi dan Embriologi : organnya gonad jantan dan
betina
4.2
Pertumbuhan
Pertumbuhan
pada ikan didefinisikan sebagai perubahan berat atau panjang dalam waktu
tertentu dan merupakan proses biologis yang kompleks yang dipengaruhi banyak
faktor baik internal maupun eksternal menurut effendie dalam jurnal Putri,2012.
Menurut Zonnveld Pertumbuhan terjadi karena terdapat kelebihan energi yang
berasal dari pakan setelah dikurangi dengan energi untuk metabolisme dan energi
yang terkandung dalam feses dalam jurnal Putri,2012.
4.2.1
Pertumbuhan Berdasarkan Panjang Ikan Nila
1.
berdasarkan panjang ikan nila Jantan
Tabel
1 . panjang ikan nila Jantan

Berdasarkan dari data diatas banyak
individu dalam satu panjang kelas yang paling banyak yaitu pada data ke- 5
yaitu 24 sedangkan yang paling sedikit yaitu pada data ke-1 .
Grafik
1. Sebaran Panjang Ikan Nila Jantan

Pada umumnya panjang ikan akan mengalami
pertumbuhan dari waktu ke waktu. Berdasarkan dari data grafik diatas dapat
dilihat bahwa frekuensi terbesar dalam kelompok ukuran panjang ikan nila
terdapat pada selang panjang 23,05 cm dengan frekuensi 33,80 % dan frekuensi
terkecil dari ukuran panjang terdapat pada selang 15,85 cm dengan frekuensi
2,82%. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan menunjang pertumbuhan
bagi ikan tersebut(Effendie, 2002).
2
Pertumbuhan Panjang Ikan Nila betina
Tabel 2 . pertumbuhan panjang ikan nila
betina

Berdasarkan dari data diatas banyak
individu dalam satu panjang kelas yang paling banyak yaitu pada data ke-6 yaitu
24 sedangkan yang paling sedikit yaitu pada data ke-2 .
Grafik 2. Sebaran panjang ikan nila
betina

Berdasarkan dari data grafik dan
tabel diatas dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang ikan nila betina tertinggi terdapat pada data ke-6 yaitu
pada selang kelas 24,85 cm dengan frekuensi 37,50% dan kelas terendah adalah
kelas ke-2 pada selang kelas 17,05 cm dengan total frekuensi 0 ( 0%). Makanan
dengan kandungan nutrisi yang baik akan menunjang pertumbuhan bagi ikan
tersebut (Effendie, 2002).
4.2.2
Pertumbuhan berat ikan Nila
1.Pertumbuhan
berat ikan nila jantan
Tabel 3. Pertumbuhan berat ikan nila
jantan

Berdasarkan dari data diatas banyak
individu dalam satu panjang kelas yang paling banyak yaitu pada data ke- 4
yaitu dengan Fi 26 sedangkan yang paling sedikit yaitu pada data ke-7 dengan Fi
0 .
grafik 3. Sebaran berat ikan nila jantan

Berdasarkan dari data grafik dan
tabel diatas dapat dilihat bahwa
pertumbuhan berat ikan nila jantan tertinggi terdapat pada data ke-4 yaitu pada
selang berat 186,6 – 233,2 cm dengan frekuensi 36,62% dan kelas terendah adalah
kelas ke-7 dengan total frekuensi 0 ( 0%). Makanan dengan kandungan nutrisi
yang baik akan menunjang pertumbuhan bagi ikan (Effendie, 2002).
2.berdasarkan
Berat Ikan Nila
Tabel 4. Pertumbuhan berat ikan nila
betina

Berdasarkan dari data diatas banyak
individu dalam satu panjang kelas yang paling banyak yaitu pada data ke- 4
yaitu dengan Fi 24 sedangkan yang paling sedikit yaitu pada data ke-2 dengan Fi
0 .
Grafik 4. Sebaran Berat Ikan Nila Betina

Berdasarkan dari data grafik dan
tabel diatas dapat dilihat bahwa
pertumbuhan berat ikan nila betina tertinggi terdapat pada data ke-5 yaitu pada
selang kelas 223,9 cm – 266,8 cm dengan frekuensi 37,5% dan kelas terendah
adalah kelas ke-2 dengan total frekuensi 0 ( 0%) . Makanan dengan kandungan
nutrisi yang baik akan menunjang pertumbuhan bagi ikan(Effendie, 2002).
4.2.3
Hubungan panjang berat
1.
Hubungan panjang berat ikan nila jantan

Hubungan panjang berat
ikan nila dapat diketahui melalui regresi data panjang dengan berat atau
regresi log panjang dan log berat.
selanjutnya dapat diketahui pola pertumbuhan dalam bentuk y = aXb.
berdasarkan grafik hubungan panjang dan
berat ikan nila jantan variabel y = 0.020x 2.963 dan R2 =
0,971.Berdasarkan praktikum yang telah dilakukuan ikan
nila jantan memiliki konstanta b senilai 2,963. Nilai b menunjukkan bahwa ikan
Nila termasuk ke allometrik negatif karena nilai b kurang dari angka 3 ,maka
hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif (pertambahan panjang lebih
dominan dibandingkan pertambahan bobot).
Dari grafik hubungan panjang dan berat ikan nila jantan R merupakan
keakuratan data yang dimana nilai R yang didapat yaitu 0.971 mendekati angka 1
,maka data tersebut adalah akurat.
4.2.4 Hubungan
panjang berat ikan nila
1.
Hubungan panjang berat ikan nila betina

Berdasarkan grafik hubungan panjang dan
berat ikan nila betina variabel y = 0.071x 3,021 dan R2 = 0,974. Berdasarkan praktikum yang dilakukuan ikan nila betina memiliki konstanta
b senilai 3,021. Nilai b menunjukkan bahwa ikan Nila termasuk ke allometrik
positif bila b mendekati angka 3 ,maka
hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih
cepat dari pada pertambahan panjang, menunjukkan keadaan ikan tersebut montok.
Dari grafik hubungan panjang dan berat nilai R merupakan keakuratan data
yang dimana nilai R yang didapat yaitu 0.974 mendekati angka 1 ,maka data
tersebut adalah akurat.Dalam
suatu pengukuran pertambahan panjang dan berat ikan, terdapat nilai b yang ikut
menentukan dalam pengukuran tersebut
(Effendie,1979).
4.3.
Reproduksi
4.3.1
Sex Ratio Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tabel 1. Ratio Ikan
NIla

Dari data rasio ikan nila jantan dan
betina dapat diketahui bahwa jumlah ikan jantan yaitu 71 dan ikan betina 64
ekor . Jumlah keseluruhan yaitu 135 ekor dengan proposal jenis kelamin betina
47 % dan jantan 52,6 %. Sex ratio pada proporsi sex yang diamati karena
perbedaan tingkah laku, kondisi, lingkungan dan penangkapan. (Effendi,1997).
4.3.2
TKG Ikan Nila
Tingkat kematangan gonad ialah tahap
tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tingkat
kematangan gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.
Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks
kematangan gonad atau disebut juda indeks gonad somatik (Elvyra, 2004).
Perkembangan gonad merupakan bagian dari
reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan gonad pada ikan
betina sebesar 10 - 25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5 – 10%.
dalam biologi perikanan pencatatan perubahan atau tahap - tahap kematangan
gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan - ikan yang melakukan
reproduksi atau tidak. Dari pengetahuan tingkat kematangan gonad (TKG) akan
didapatkan informasi, kapan satu jenis ikan memijah, baru memijah atau sudah
selesai memijah. Tiap - tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya
menjadi masak tidak sama ukuranya.
Grafik
1. Frekuensi TKG Ikan Nila Betina Berdasarkan dengan Beratnya

TKG I organ seksual sangat kecil. TKG II
warna ovarium kuning telur kelihatan jelas. TKG III warna ovarium kuning. TKG
IV warna telur kuning, telur sudah nampak besar.
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa
data pertama dengan selang kelas 56.5-98.4 dengan TKG 1 dengan frekuensi 50 %
dan TKG II dengan frekuensi 50% ini berarti ikan nila betina yang paling banyak
dalam keadaan gonad yang belum masak atau masih dalam tahap awal pemijahan.
(Effendi, 1997).
pada data kedua selang kelas 98.5-140.5
gram dengan frekuensi 0 %. Sedangkan pada puncak pemijahan/TKG ke IV ada pada
data ke 7 selang kelas 309-351 gram dengan frekuensi TKG IV yaitu 60%
Grafik 2.Hubungan TKG dengan berat Ikan Nila Betina


Dari
grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai selang kelas panjang pada TKG tertentu
memiliki frekuensi ikan yang berbeda. Jumlah ikan terbanyak pada TKG 1 terdapat
pada selang 140.6-182.6 gram, pada TKG 2 jumlah ikan terbanyak terletak pada
selang 182.7-224.7 gram , pada TKG 3 jumlah ikan terbanyak terletak pada selang
224.8-266.8 gram,sedangkan pada TKG 4
tidak terdapat frekuensi yang berbeda pada selang 224,8-266,8 dan selang
266,9-308,9 gram.
Pada
grafik hubungan TKG dengan berat Ikan Nila Betina menunjukkan bahwa semakin
berat bobot ikan maka TKG semakin besar juga hal ini dikarenakan usia ikan saat
matang gonad ditentukan dengan usia dan bobot ikan itu sendiri(Effendie, 1997).
Grafik
3. Frekuensi TKG Ikan Nila Jantan Berdasarkan Panjangnya

Dari grafik diatas
menunjukkan bahwa frekuensi ikan nila jantan berdasarkan pajangnya pada data
pertama yaitu selang kelas 15-16.8 cm hanya memiliki TKG I dengan frekuensi TKG
100% ,hal ini menunjukkan bahwa pada data 1 ikan nila jantan dalam keadaan
gonad masih dalam tahap awal pemijahan. Sedangkan puncak kematangan gonad pada
kelas 26,4-28,2 cm.
Grafik
4. Hubungan TKG dengan Panjang Ikan Nila Jantan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai selang kelas
panjang pada TKG tertentu memiliki frekuensi ikan yang berbeda. Jumlah ikan
terbanyak pada TKG 1 terdapat pada selang 16,9-18,7 cm, pada TKG 2 jumlah ikan
terbanyak terletak pada selang 15-16,8 cm, pada TKG 3 jumlah ikan terbanyak
terletak pada selang 16,9-18,7 cm, sedangkan pada TKG 4 tidak terdapat
frekuensi yang berbeda pada selang 15-28,2 cm. Pada umumnya semakin panjang
ukuran ikan maka semakin besar TKG nya, namun hal ini tidak menjadi ukuran
mutlak karena adanya faktor internal dan eksternal.
Perkembangan gonad pada ikan pada umumnya selain dengan pertambahan umur
ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan gonadnya akan semakin
sempurna untuk mengadakan pembentukan dan pemasakan telur(Effendie,2002).
4.3.4
Index Gonad Ikan Nila
Diagram
1. Spektrum Nilai Ig Ikan Nila Betina

Dari
diagram spektrum nilai IG ikan nila betina,IG pada TKG I dan II sebesar
45 %, sedangkan pada IG pada TKG III dan IV sebesar 55 %. Karena IG menunjukan
nilai > 0,50 artinya ikan cenderung pada keadaan sedang berpijah (Effendie, 1997).
Diagram
2. Spektrum Nilai Ig Ikan Nila Jantan

Dari
diagram spektrum nilai IG ikan nila betina,IG pada TKG I dan II sebesar
65%, sedangkan pada IG pada TKG III dan IV sebesar 35%. Karena IG menunjukan
nilai < 0,50 artinya ikan mengalami proses pematangan gonad (Effendie, 1997).
4.3.5
IKG Ikan Nila
IKG sangat penting dalam proses
reproduksi. IKG adalah nilai dalam % sebagai hasil perbandingan berat gonad
dengan berat tubuh ikan. Indeks
Kematangan Gonad atau ”Gonad Somatic Indeks” (GSI) akan semakin
meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi
pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar bila dibandingkan dengan ikan
jantan. Adakalanya IKG dihungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang
pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangn gonad, sehingga akan
tampak hubungan antara perkembangan di -dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG
akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam pola pemijahannya.
Indeks Kematangan Gonad antara satu
spesies ikan dengan spesies lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan
karena indeks kematangan gonad suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad
dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya dia menambahkan pada ikan betina
nilai Indeks kematangan gonad lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan
ikan dengan indeks kematangan gonad 19 % ada yang sanggup mengeluarkan
telur(Effendie,1978).
Grafik
5. Hubungan IKG dengan Gonad Ikan Nila Betina

Dari grafik diatas diketahui bahwa, nilai
Y=
0,488x-0,055. Sedangkan nilai R2= 0,961. IKG dengan berat gonad
berbanding lurus, dan menyebar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar berat
tubuh ikan, maka berat gonadnya pun akan semakin bertambah. Perkembangan gonad
didalam reproduksi, sebagian dihasilkan dari metabolisme tertuju kepada
perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika
ikan akan memijah, kemudian akan turun beratnya ketika setelah memijah.
Percobaan kondisi gonad ini dapat dinyantakan dengan suatu indeks kematangan
gonad yaitu berat gonad dibagi dengan berat tubuh ikan total dan dikalikan
dengan 100 %.
Grafik
6. Hubungan IKG dengan Gonad Ikan Nila Jantan

Pertambahan berat gonad diawali dengan
pertambahan jumlah kuning telur yang mengisi bakal-bakal telur. Penumpukan
kuning telur menyebabkan ukuran dan berat telur semakin bertambah sehingga
berpengaruh pada berat gonad. Semakin berat gonad ikan maka kemungkinan tingkat
kematangan gonad ikan tersebut semakin mendekati fase pemijahan.
Dari grafik
diatas diketahui bahwa, nilai Y= 0,540x-0,009. Sedangkan nilai R2=
0,999. IKG dengan berat gonad berbanding lurus, tidak menyebar. Perkembangan
gonad didalam reproduksi, sebagian dihasilkan dari metabolisme tertuju kepada
perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika
ikan akan memijah, kemudian akan turun beratnya ketika setelah memijah.
4.3.5
Fekunditas Ikan Nila
Fekunditas adalah jumah telur yang akan
dikeluarkan pada saat melakukan pemijahan. Fekunditas yang diperoleh dapat dibandingkan
dengan ukuran dari setiap individu ikan sehingga akan didapatkan informasi
tentang jumlah anak ikan yang dihasilkan pada ukuran yang berbeda-beda.
Interpretasi
data fekunditas seringkali agak rumit yang disebabkan adanya beberapa faktor
antara lain
·
hubungan antara fekunditas dan fertilitas,
·
fekunditas dari ikan yang memijah beberapa kali,
·
fekunditas dari ikan vivipar dan “parental care“ atau
pengasuhan oleh induk,
·
hubungan antar fekunditas dan ukuran telur,
·
hubungan antara kepadatan populasi dan fekunditas, dan
·
pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap fekunditas,
·
tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari
populasi ikan termaksud,
·
waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya
Grafik
7. Hubungan Fekunditas dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Betina

Grafik
8. Hubungan Fekunditas dengan Berat Tubuh Ikan Nila Betina

Berdasarkan
pada grafik hubungan fekunditas dan panjang ikan nia didapatkan R2=
0,213 dan y= 488,2x- 9925. Sedangkan grafik hubungan fekunditas dengan berat
tubuh ikan nila, didapatkan nilai R2= 0,084 dan y= 6,830x-
121,8.Sesuai dengan pustaka yang ada, bahwa peningkatan fekunditas berhubungan
dengan berat tubuh dan berat gonad. Hubungan fekunditas dengan berta gonad
memiliki kesulitan, yaitu karena berat mudah berubah pada saat pemijahan
(Asmawi, 1983).
4.4
Makanan Dan Kebiasaan Makan
Tabel
4.3 Nilai IP Organisme Makanan ikan

Grafik
4.3. Diagram persentase makanan ikan nila

Analisa
pola kebiasaan makan ikan dipakai dalam menentukan gizi alamiah ikan itu.
Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka dapat dilihat hubungan ekologi
diantara organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk pemangsa, predasi
dan kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan,
kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan satu spesies ikan
biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan tersebut berada
(Effendie, 1979).
Makanan ikan adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun
hewan yang dapat dikonsumsi ikan di habitatnya, dapat berupa tumbuhan (makrofita), algae, plankton, ikan, udang, cacing,
benthos, dan serangga atau larva serangga. Urutan kebiasaan makanan ikan
dikategorikan ke dalam tiga golongan yaitu pakan utama, pelengkap, dan tambahan
(Asyari dan Fatah, 2011).
Menurut
Nikolsky,1963dalam jurnal Tresna ,dkk 2012 setiap kelompok pakan dapat
dikategorikan berdasarkan nilai index preponderan (IP) yang sebagai pakan utama
bagi ikan apabila IP adalah lebih besar dari 25%. Pakan pelengkap apabila 5% ≤
IP ≥ 25% dan pakan tambahan apabila < 5%.
Berdasarkan
tabel diatas Dari hasil Pada data IP yang didapat bahwa nilai yang tertinggi
adalah synedra 61,53846% dan yang terendah adalah euglypha
acanthophora,eucampiya dan gyrosygma 7,692308%.
Synedra
merupakan organisme yang paling banyak diemukan dalam usus ikan nila dengan IP
sebesar 61,53846 % jadi dapat dikatakan
bahwa organisme synedra merupakan makanan utama ikan nila. Mungkin ukuran plankton ini lebih kecil
sehingga menjadi makanan ikan-ikan dan dalam memakan dan mencerna nya pun cukup
mudah.lkan nila ini memakan plankton yang masuk ke mulut bersama-sama
air. Plankton akan tinggal di dalam mulut sedangkan airnya
keluar melalui celah insang. Ikan
nila lebih banyak mkan plankton karena waktu aktif makan ikan nila yaitu
dominan pada siang hari yang memakan fitoplankton yang banyak tersedia pada
sang hari, karena pada siang hari fitoplankton melakukan fotosintesis dengan
adanya matahari. Sedangkan pada malam hari ikan nila memakan
zooplankton seperti cacing atau larva serangga air. (Effendi,1997).
Sedangkan closterum dengan IP 15,38462%,
euglypha acanthophora dengan IP 7,692308, eucampiya dengan IP 7,692308%,
dangyrosygma dengan IP 7,692308% merupakan pakan pelengkap bagi ika nila.
Dengan
mengetahui jenis dan jumlah makan ikan, dapat disusun untuk kebiasaan makan
ikan dengan urutannya adalah makanan utama yang ditemukan dalam jumlah besar,
makanan pelengkap yang ditemukan dalam jumlah sedikit dan tidak ada.Faktor yang
menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makan adalah:
1.
Ukuran makan.
Ukuran
makan berhubungan dengan bentuk bukaan dan posisi mulut ikan.
2. Ketersediaan makan
2. Ketersediaan makan
Ini
berhubungan dengan banyak atau tidaknya ketersediaan makan ikan dalam
lingkungannya.
3. Warna makanan.
3. Warna makanan.
Warna
makan ikan sangat menentukan jenis ikan akan me-makan suatu organisme karena
dengan warna akan menarik mangsanya.
4.
Selera ikan dengan makanan.
Ini
tergantung ikan apakah ikan tersebut dalam keadaan lagi selera atau tidaknya
dalam mencari makan. (Effendi, ikhsan,1997).
Ikan
nila dilihat dari makannya termasuk euryphgic yaitu ikan pemakan bermacam -
macam makanan dengan sifatnya yaitu omnivora.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Dari
hasil pratikum pertumbuhan yang telah dilakukan pengukuran panjang dan berat
memiliki nilai yang berbeda-beda pada pengukuran panjang dan berat ikan jantan yaitu 22,5 cm dengan berat 212
gram dan pada ikan betina panjangnya yaitu 25 cm dan berat 242 gram.
2.
Berdasarkan hubungan panjang
dan berat pada ikan nila jantan memiliki konstanta b senilai 2,963. Nilai b
menunjukkan bahwa ikan Nila jantan termasuk ke allometrik negatif (pertambahan
panjang lebih dominan dibandingkan
pertambahan bobot). Sedangkan pada hubungan panjang dan berat ikan nila betina
memiliki konstanta b senilai 3,021. Nilai b menunjukkan bahwa ikan Nila
termasuk ke allometrik positif (hubungan yang terbentuk adalah allometrik
positif yaitu pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang).
dari hasil perhitungan data dapat disimpulkan bahwa data diatas adalah akurat
dengan nila R2 mendekati angka 1.
3.
Dari pratikum yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa cara membedakan gonad ikan dapat dilihat secara
langsung dengan pengamatan morfologi yang dapat
dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. cara kedua dari
penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi
lebih jelas dan mendetail.
4.
Semakin besar berat tubuh ikan, maka berat gonadnya
pun akan semakin bertambah. Perkembangan gonad didalam reproduksi, sebagian
dihasilkan dari metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Berat gonad
semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian akan
turun beratnya ketika setelah memijah.Dari
pengetahuan tingkat kematangan gonad (TKG) akan didapatkan informasi, kapan
satu jenis ikan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
5. Makanan
adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang
kehidupan dan perkembangan organ tubuhnya. Berdasarkan hasil pengamatan dari
pratikum yang telah dilakukan makanan utama ikan nila yaitu synedra karena
organisme ini lebih banyak ditemukan pada pengamatan yang dilakukan secara
langsung di bawa mikroskop ,selain itu makanan pelengkap yaitu euglypha
acanthophora,eucampiya dan gyrosygma yang memiliki persentase dibawah syneda.
6. waktu aktif makan ikan nila yaitu dominan pada
siang hari yang memakan fitoplankton yang banyak tersedia pada sang hari,
karena pada siang hari fitoplankton melakukan fotosintesis dengan adanya
matahari. Sedangkan pada malam hari ikan nila memakan
zooplankton seperti cacing atau larva serangga air.
5.2
Saran
Diharapkan pada saat pratikum berlangsung para pratikan mendengarkan
intruksi dari assisten dosen agar pratikum dapat berjalan sesuai dengan
prodesur dan para pratikan dapat lebih teliti lagi dalam melakukan pratikum
agar hasil yang didapat benar adanya. pada saat pratikum berlangsung para
pratikan setiap kelompok dapat bekerja sama saat melakukan pratikum juga
sebaiknya alat-alat laboratorium juga dijaga dan dibersihkan setelah melakukan
pratikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Agusanto.2012.Inventarisasi
Jenis Ikan dan Karakteristik Kualitas Perairan Danau
Teratai
Desa Pontolo Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. Artikel Jurnal Fpik Ung.
Ardita,Nita,
dkk. 2015. Pertumbuhan dan rasio konversi
pakan ikan
nila(Oreochromis niloticus)dengan
penambahan prebiotik .Surakarta : Jurnal Biologi . Vol 12 (1): 16-21.
Asmawi. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba.Jakarta:
Gramedia.
Dian,Putri.2012.Kinerja Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Pada Me-
dia Bioflok.Departemen Budidaya Perairan. Bogor :IPB.
Effendie, M.
I. 1978. Biologi
Perikanan. Bogor
:Fakultas Perikanan Institut
Pertanian.
Effendi, M. I. 1997. Biologi perikanan.Bogor:Yayasan Pustaka
Nusantara.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta :Yayasan
Pustaka Nusatama.
Elvyra,Roza.2004.Aspek
Habitat,Makanan dan Reproduksi Ikan Lais. Bogor :
IPB.
Fujaya, Y. 1999.Fisiologi ikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Gani,
Abdul , Nilawati, Justri dan Achmad Rizal.2015. Studi Habitat Dan
Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan
Rono Lindu (Oryzias Sarasinorum Popta, 1905).Universitas
Tadulako : Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako.Vol.4(3).9-18.
Hasni. 2006. Budidaya
Ikan di Pekarangan Penebar Swadaya. Jakarta.
Karim, Muhammad
Yusri.2002.Pengantar Falsafah Sains.Bogor
: ITB.
Manda, R,
Pulungan, Windarti. 2011. Biologi
Perikanan. Pekanbaru : Universitas
Riau.
Mujiman,
(1993). Makanan
Ikan.Jakarta : Penebar Swadaya.
Mujiono,
Faisal., Julius Sampekalo, dan Cyska
Lumenta.2015.Pertumbuhan
Benih Ikan Nila(Oreochromis niloticus)dengan Menggunakan Pakan Komersil yang Diberi
Tambahan Bakasang (The Growth of Nile Tilapia Oreochromis niloticus Fed
Bakasang-Supplemented Commercial Diet). Manado : Jurnal Budidaya Perairan. Vol No. 1:
187-194.
Mulyani,Sri,dkk.2014.Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis
Niloticus) Yang Dipuasakan Secara
Periodik.UNSRI : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1)
:01-12.
Pulungan. 2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi
Perikanan.
Pekanbaru :
UNRI.
Putra,Iskandar,D.Djoko,Setiyanto, Dinamella
Wahyuningrum. 2011.Pertumbuhan
Dan
Kelangsungan Hidup Ikan Nila Oreochromis
Niloticus Dalam Sistem Resirkulasi.
Universitas Riau:Jurnal perikanan dan kelautan.Vol 16(1) :56-63.
Putri,silviana
F, Hasan j dan Kiki,Haetami.2012.Pengaruh
pemberian probiotik
pada pelet yang mengandung
kaliandra(Calliandracalothyrsus) Terhadap pertumbuhan benih ikan nila
(Oreochromis niloticus).UNPAD : Jurnal Perikanan dan
kelautan.Vol .3(4).283-291.
Satia,
Y., P. Octorina Dan Yulfiperius. 2015. Kebiasaan
Makanan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus).Jawa
Barat : Jurnal Kelautan. Vol.2(3).35-43.
Sentosa, Agus A, Hendra
Satria.2015. Kebiasaan Makan Beberapa
Jenis Ikan Yang Tertangkap Di Rawa Kaiza Sungai Kumbe Kabupaten Merauke, Papua.Papua
: Jurnal LIMNOTEK.Vol.22 (1) : 32 – 41.
Sri,Mulyani Y, Yulisman,dan Mirna Fitrani.2014. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik.UNSRI : Jurnal
Akuakultur rawa indonesia .Vol.2(1).01-12.
Suwandi,
R., R. Nugraha dan W. Novila. 2012.Penurunan
Metabolisme Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) pada Proses
Transportasi Menggunakan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajavavar pyrifera).
JPHPI. 15(3).252-260.
Syamsuri, Istamar. 2003. Biologi. Jakarta:Erlangga.
Tresna,lena,Yayat,dhahiyat,dan
Titin,Herawati.2012.Kebiasaan makan dan
luas
reung ikan dihulu sungai cimanuk
kabupaten garut jawabarat.Unpad : dalam jurnal perikanan dan
kelautan.Vol 3(3).163-173.
Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ling. Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar
Ikhtiologi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar